TAREKAT CINTA

Tenggelam jiwa menyelam dalam rasa. Larut perlahan raga jua sukma. Kau hadirkan Ia dalam suasana cinta. Tak hiraukan purnama tersenyum, Dikau diri tetap dalam bisik rayu Nya........ (Kutipan Novel "Sajak Dialog Senja)

MENDUNG DILANGIT SANTRI

Bertirai air mata tergenanglah duka. Patah kaki kami menahan tangis luka. Penyangga ilmu melambai pergi. Teriris hati, Melihat mendung bertirai hujan duka........(Kutipan Novel "Sajak Dialog Senja)

SEBUAH DIALOG RAGA SUCI

Gelap sunyi mengiringi kalbu. Khusyu khudur melangkah menyatu. Tak tampak alam hanyalah tampak Rabb ku. Diriku menyempit, Lalu hilang dalam nada syahdu. Aku bertanya sendu. Dimanakah hakekatku. Namun, Hakekat fana’ ku lah yang terdengar seru........(Kutipan Novel "Sajak Dialog Senja)

HUJAN

Langitku, Saksi batin menjerit pilu. Tirai hujan berteman rapuh dalam diri. Mereka terus datang. Saling hujam bergantian. Seolah mendukung jerit tangis dalam diam......(Kutipan Novel "Sajak Dialog Senja)

DIALOG SENJA

Di ufuk jingga. Sebuah rasa menyatu dalam senja. Awan nya sebuah ungkapan. Angin nya adalah bisikan. Rona nya menyirat kilasan.........(Kutipan Novel "Sajak Dialog Senja)

Sabtu, 06 Februari 2021

 REMBULAN BARU DITANAH RINDU

Oleh : Kang Am


Semenjak senja merasuk rona jingga.

Dan diantara lambaian fajar pada sang surya.

Saat biru berganti petang menghampar bumantara.

Pada mangsa yang sama,

Kau munculkan binar terang pada sang candra.

Merasuk binar rinduku.

Pada tanah lain kutancapkan salam lewat sang bayu.

Kutelisik tajam netra memaku.

Candra yang satu namun dengan cerita baharu.

Dan disinilah tanah rindu pijak ku.

Meski candra Mu sama,

Tapi asing kurasa.

Bila pijak tanahku bukan tanah rindu berada.

Bahkan berteman lintang seribu umpama.

Hanya sebuah candra lama.

Yang kupandang senyum ditanah rindu disana.
Share:

MUNAJAT KEMERDEKAAN

 MUNAJAT KEMERDEKAAN

Bismillah menengadahlah tanganku,

Di detik kebebasan terucap syukur.

Bismillah menengadahlah tanganku,

Terlantun syair bait do’a pada darah juang yang terbujur.

Bismillah menengadahlah tanganku,

Kubariskan sajak munajat do’a pada syuhada negeri yang t’lah gugur.

Bismillah menengadahlah tanganku,

Jangan jadikan sejuknya kemerdekaan menjadi lalai kufur.


Kini tombak disemangat ku.

Bambu runcing di darah ku.

Pedang mengalun di kobar ku.

Nasionalisme didada ku.

Bhineka di senyum patriotik ku.


Kini ku bebas berucap merdeka berpendapat.

Aku berdiri s’bagai anak pertiwi di tanah juang penuh berkat.

Merdeka bebas berarti banyak makna yang tersirat.

Merdeka ku adalah awal ku tata kembali semangat.

Merdeka ku adalah masa juang dimana ibu pertiwi ku rawat.

Merdeka ku adalah kebebasan mutlak atas kucuran rahmat.


Pinta munajat ku penggenggam alam.

Didenting waktu kemerdekaan sarat makna yang dalam.

Jadikan gairah juang nenek moyang dalam genggam.

Banyak ucap yang ingin kusampaikan do’a dalam diam.


Jadikanlah pendahulu negeri s’bagai tauladan.

Berkeringat darah hingga nyawa pun kan jadi korban.

Semua hanya demi sebuah kata kejayaan.

Demi negeri jaya tercinta yang kita dambakan.

Hingga fajar esok,

 Anak cucu kan jaga nan kenang tersenyum dalam semangat juang kemerdekaan.


Oleh : Kang Am


Share:

Jumat, 05 Februari 2021

SAJAK DARI SANG SENJA





SAJAK DARI SANG SENJA

Diteras jingga ini aku duduk bersila.

Bercengkerama,

Pada senja yang bertemankan bumantara.

Hanya aku sendiri saja.

Kutolehkan netra,

Berharap seuntai senyum mendekap belahan jiwa.

Kutelisik lebih tajam bahkan semakin tajam.

Nyatanya tak pernah ada.

Hanya sang bayu yang menghembuskan kata.

Disini,

Disenja yang menyambungkan rasa.

Kutuliskan sajak rasa pada diri Nya.

Teruntuk pemilik senyum yang telah membubuhkan labuhan cinta.

Kepada senja sampaikan sajak ini melalui rona berjingga.

Agar ia tahu,

Jika setiap ufuk akan ada satu sajak do’a.

Disetiap teras-teras jingga yang duduk bersila.

Kututup sajak senja yang bicara.

Sebuah bait yang menyimpan satu rasa.

Teruntuk sebuah nama.

Dari sang senja.

Oleh : Kang Am
Share: